Keterangan Pers Presiden Republik Indonesia Seusai Sidang Pleno Istimewa Laporan Tahunan Mahkamah Agung Tahun 2019

Rabu, 26 Februari 2020
Jakarta Convention Center, Jakarta

Wartawan:
Mengenai paparan dari Pak Ketua MA (Mahkamah Agung) tadi kan cukup banyak capaian-capaian. Tapi kan ke depan ada satu tantangan di mana masyarakat kita, terutama di lapisan bawah, masih belum banyak yang mendapatkan akses hukum begitu, Pak?

Presiden RI:
Ya, kalau kita lihat perjalanan panjang tadi disampaikan oleh beliau, Bapak Ketua MA, dari 2012 ke sana, 8 tahun, ada sebuah capaian peningkatan yang sangat luar biasa. Kelihatan sekali. Misalnya, penyelesaian perkara., kelihatan sekali kecepatannya. Kemudian penggunaan e-court, e-summon, e-filing, saya kira penggunaan teknologi seperti itu memberikan transparansi, akuntabilitas yang jauh lebih baik dibanding periode-periode yang sebelumnya. Saya kira lompatan seperti itu harus kita apresiasi dan harus kita hargai. Bahwa ada: masih satu, dua, tiga (perkara) di bawah yang belum terlayani, saya kira wajar dari ribuan perkara yang ditangani oleh Mahkamah Agung. Tapi, Mahkamah Agung, saya kira, memberikan sebuah lompatan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat.

Wartawan:
Pak, soal evakuasi. WNI di (kapal pesiar) Diamond Princess kan belum dievakuasi, kira-kira, Pak?

Presiden RI:
Begini, ya. Jadi kita ini mendapatkan dua hal yang harus kita selesaikan secara bersamaan, yaitu ABK (anak buah kapal) yang ada di (kapal pesiar) World Dream dan ABK yang ada, kru yang ada di (kapal pesiar) Diamond Princess. Kemarin, setelah kita rapatkan beberapa kali, kemudian diputuskan terlebih dahulu yang berada di (kapal pesiar) World Dream. Jumlahnya lebih banyak, yaitu 188, yang itu juga berada di dekat kita, sudah di dekat kita. Sehingga kita putuskan, saya perintahkan untuk ini diselesaikan dulu. Segera dijemput pakai KRI Suharso dan dibawa. Dibawa ke mana? Juga kemarin ada persoalan karena kapasitas, karena fasilitas-fasilitas yang ada di pulau dalam menyelesaikan ini. Akhirnya diputuskan di Pulau Sebaru, di Kepulauan Seribu karena kesiapannya lebih baik.

Wartawan:
Untuk yang di Diamond Princess bagaimana, Pak?

Presiden RI:
Ini dirampungkan dulu ya, satu-satu. Ini dirampungkan. Belum merapat juga di Pulau Sebaru, kan belum. Nanti kalau sudah sampai disana, ditata lagi. Kemudian kita berbicara masalah ABK yang ada di Jepang, di (kapal pesiar) Diamond Princess. Ini karena juga masih dalam proses negosiasi dengan pemerintah Jepang. Ini, yang ini aja belum sampai di Pulau Sebaru sehingga apa, nanti kalau sudah sampai, ditata, kita menyiapkan yang ini lagi. Tidak semudah itu, diplomasi, negosiasi tidak segampang itu. Tapi kita akan berusaha secepat-cepatnya untuk menyelesaikan ini.

Wartawan:
Yang masih dinegosiasikan apa sih, Pak, dengan pemerintahan Jepang?

Presiden RI:
Saya kira nanti ditanyakan ke Menko PMK ya, atau Menteri Kesehatan. Karena banyak hal, sekali lagi, ini masalah masalahnya sudah menjalar ke banyak negara, dari yang dulu Wuhan di Tiongkok, kemudian masuk ke Korea juga…, kemudian ada epicentrum di kapal, di Jepang. Kemudian ini ada di Iran, ada di Italia, yang semuanya keputusan itu harus hati-hati, tidak boleh tergesa-gesa.

Kita memiliki 267 juta penduduk Indonesia yang juga harus dihitung, dikalkulasi semuanya. Hati-hati, saya hanya selalu pesan kepada Menko, Menteri, hati-hati memutuskan. Hati-hati berhitung dalam menyelesaikan ini. Tidak bisa kita didesak-desak. Tidak bisa kita tergesa-gesa, ndak. Harus tepat, seperti yang di (pulau) Natuna kemarin.

Wartawan:
Tapi, artinya pemerintah tetap memperhatikan yang masih di sana ya, Pak?

Presiden RI:
Tetap. Masih dalam proses.

Wartawan:
Opsinya lebih mengerucut dengan menggunakan jalur laut, Pak, ya, kalau yang Diamond Princess?

Presiden RI:
Ada dua, laut maupun pesawat (udara). Ada risiko, ada hitung-hitungannya semuanya. Pulaunya di mana juga belum. Jangan dianggap mudah. Ya.

Wartawan:
Pak, soal hitung-hitungan. Bapak juga menghitung masalah reshuffle juga enggak Pak? Kemarin isunya dari para buzzer, isu masalah reshuffle itu. Bapak bertemu di Istana Bogor…

Presiden RI:
Sampai detik ini, saya dan Pak Wapres belum terpikir ke sana.
Sudah, cukup.

Wartawan:
Terima kasih, Pak.