Pemberian Bantuan Modal Kerja (BMK)

Jumat, 8 Januari 2021
Teras Depan Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat

Sesi Pertama

Presiden RI:
Bismillahirrahmanirrahim.

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Selamat siang,
Salam sejahtera bagi kita semuanya.

Yang saya hormati, Menteri Sekretaris Negara, Bapak Prof. Pratikno;
Bapak/Ibu sekalian para pelaku usaha yang siang hari ini hadir di Istana Bogor.

Pertama-tama, saya ingin mengucapkan terima kasih yang sebsar-besarnya atas kehadiran Bapak/Ibu sekalian.

Kita tahu bahwa di (tahun) 2020 sampai hari ini, ujian berat, cobaan berat kita alami, dialami Indonesia dan 215 negara lain di dunia, keadaannya sama, terkena pandemi Covid-19. Dan kita ini, kalau saya lihat, masih…alhamdulillah masih beruntung tidak sampai lockdown. Kalau negara lain kayak di Eropa lockdown enggak sebulan-dua bulan, sampai tiga bulan. Bahkan tiga hari yang lalu di London, Inggris lockdown lagi. Tiga hari yang lalu di Bangkok lockdown, di Tokyo juga statusnya darurat. Kita di sini aktivitas masih…meskipun terbatas, masih bisa beraktivitas, berusaha meskipun dibatasi dengan protokol kesehatan yang ketat, Bapak/Ibu juga masih bisa berusaha tetapi memang ini bukan kondisi normal. Saya tahu karena saya bertemu seperti ini tidak hanya sekali-dua kali, sepuluh kali, lebih puluhan kali. Baik di Jakarta, di Bogor, di daerah-daerah saya selalu bertemu dan keadaannya sama, omzet pasti turun, keuntungan usaha pasti turun, benar? Ada yang turun setengah, ada yang turun lebih dari setengah, semuanya sama. Dan itu juga dialami tidak hanya (pengusaha) yang kecil saja, yang (pengusaha) menengah juga sama, yang gede juga sama, yang tutup juga ada.

Oleh sebab itu, pada kesempatan yang baik ini, kita memberikan Bantuan Modal Kerja (BMK) ini, saya kira sudah Bapak/Ibu pegang semuanya? Sudah. Tadi sudah diberi tahu isinya? Sudah? Ya, jadi isinya Rp2,4 juta, ini agar Ibu dan Bapak sekalian pakai untuk tambahan modal usaha untuk menambah dagangan sehingga bisa membesarkan usaha. Dan saya harapkan juga dalam kondisi seperti ini tidak ada yang menyerah tetapi harus tetap berusaha keras, bekerja keras agar bisa bertahan dalam kondisi yang sangat sulit ini dan pada suatu titik nanti kita akan kembali, insyaallah segera akan kembali ke keadaan normal. Ini harapan kita, akan kita berdoa semuanya.

Karena nanti juga, mulai minggu depan, vaksinasi akan dimulai. Saya nanti yang disuntik pertama “tess”, sudah. Mulai nanti didahului dulu nanti dokter-dokter, perawat-perawat, dan selanjutnya masyarakat, terus. Mungkin (bulan) Januari ini yang disuntik 5,8 juta (orang). Total nantinya yang disuntik itu 182 juta (orang), dua kali, disuntik dua kali. Berarti vaksinnya butuhnya dua kali 182 juta (orang). Bapak/Ibu bisa bayangin, hampir 400 juta (vaksin) nanti disuntik, suntikannya…ininya, kebutuhan vaksinnya.

Jadi, ini minggu depan sudah mulai vaksinasi tapi memang keadaan belum bisa kembali langsung normal. Oleh sebab itu, saya titip kepada Bapak/Ibu sekalian, sampaikan ke tetangga, ke keluarga, ke teman-teman, agar tetap disiplin menjaga protokol kesehatan, disiplin pakai masker, cuci tangan habis kegiatan, jaga jarak seperti ini, harus disiplin kalau memang itu bisa kita lakukan, itu akan sangat mengurangi. Jangan ke tempat-tempat yang berkerumunan banyak, itu akan sangat mengurangi. Nah, nanti kalau yang divaksin sudah 182 juta (orang), itu 70 persen dari penduduk Indonesia, itu sudah terjadi yang namanya kekebalan komunal. Insyaallah, Covid-nya sudah setop. Itu harapan kita semuanya.

Yang di sini, ada yang tidak mau divaksin? Ada? Semuanya ingin divaksin? Oke, ya, baik. Syukur alhamdulillah kalau semuanya ingin. Karena kalau ada yang tidak mau divaksin, itu tidak hanya merugikan dirinya sendiri tetapi bisa merugikan orang lain. Jadi vaksin itu kan juga…vaksinasi itu kayak imunisasi bayi, anak-anak itu, kayak itu saja.

Itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini. Ini semuanya dari Kota Bogor? Ada yang (dari) Kabupaten Bogor? Oh, ada…oh, Kabupaten (Bogor) juga ada. Nggih. Usahanya apa? Apa? Jualan kopi? Jualan kopi? Apa itu? Jualan kopi itu?

Pedagang Kopi Keliling:
Jualan kopi, Pak.

Presiden RI:
Di mana?

Pedagang Kopi Keliling:
Citeureup, Kabupaten (Bogor).

Presiden RI:
Kabupaten Bogor?

Pedagang Kopi Keliling:
Iya.

Presiden RI:
Di?

Pedagang Kopi Keliling:
Citeureup, Kecamatan Citeureup.

Presiden RI:
Oh, Citeureup, Citeureup, oke. Nggih. Jualannya kalau kopi di…apa itu? Pagi, siang, malam?

Pedagang Kopi Keliling:
Malam, Pak, keliling.

Presiden RI:
Malam? Omzetnya berapa sebelum pandemi? Omzet berapa?

Pedagang Kopi Keliling:
Sebelum pandemi, kena Pak, Rp250 ribu, kadang Rp200 ribu.

Presiden RI:
Sebelum (pandemi)?

Pedagang Kopi Keliling:
Iya, sebelum.

Presiden RI:
Setelah (pandemi)?

Pedagang Kopi Keliling:
Setelah…(omzetnya) Rp80 (ribu), Rp70 (ribu).

Presiden RI:
Sepertiga ya, nggih, tapi tetap harus berusaha keras, bekerja keras, bertahan. Karena nanti pada suatu titik pasti akan kembali normal. Ya. Jadi, tidak perlu kita…memang ya, semuanya keadaannya seperti ini. Jualannya hanya kopi saja?

Pedagang Kopi Keliling:
Kopi dan es.

Presiden RI:
Kopi dan es? Malam-malam es? Ya sudah, silakan. Terima kasih.

Pedagang Kopi Keliling:
Terima kasih, Pak.

Presiden RI:
Kopi…ini ada yang jualan di pasar? Ada? Jualan di pasar? Oh, apa itu Pak, jualannya Pak? Di pasar mana?

Pedagang Sayur di Pasar:
Di Cisarua, Pak.

Presiden RI:
Di Cisarua? Di (wilayah) atas?

Pedagang Sayur di Pasar:
Iya.

Presiden RI:
Oh, iya. Apa itu jualannya?

Pedagang Sayur di Pasar:
Jualan sayuran Pak, di pinggiran toko.

Presiden RI:
Oh, sayuran, oh. Omzetnya sebelum pandemi berapa?

Pedagang Sayur di Pasar:
Kalau sebelum pandemi, keuntungan Rp250 (ribu).

Presiden RI:
Rp90 (ribu)?

Pedagang Sayur di Pasar:
Rp250 (ribu).

Presiden RI:
Oh, Rp250 (ribu).

Pedagang Sayur di Pasar:
Keuntungan, ya.

Presiden RI:
Terus?

Pedagang Sayur di Pasar:
Sesudah pandemi Rp70 (ribu), Rp80 (ribu).

Presiden RI:
Sepertiga, sama. Kalau enggak setengah, sepertiga. Ya memang sama. Apa sayurnya yang dijual? Semua sayur?

Pedagang Sayur di Pasar:
Semua sayuran.

Presiden RI:
Oh, iya. Itu modalnya berapa sih, kalau jualan sayur begitu?

Pedagang Sayur di Pasar:
Rp500 ribu.

Presiden RI:
Rp500 ribu.

Pedagang Sayur di Pasar:
Paling kalau besar Rp750 ribu.

Presiden RI:
Kalau apa itu…jualan itu, modalnya Rp500 ribu?

Pedagang Sayur di Pasar:
Rp700 ribu, Rp500 ribu.

Presiden RI:
Rp700 ribu, Rp500 ribu.

Pedagang Sayur di Pasar:
Biasa di pinggiran begitu, lo.

Presiden RI:
Oke, nggih, baik. Berarti ini, nanti dagangannya bisa lipat tiga kali, lo.

Pedagang Sayur di Pasar:
Alhamdulillah, mudah-mudahan, Pak.

Presiden RI:
Tiga kali-empat kali, lo. Iya, dong. Ini (bantuannya) Rp2,4 (juta), kok.

Pedagang Sayur di Pasar:
Iya, mudah-mudahan.

Presiden RI:
Bisa jualan banyak nanti keadaan normal.

Pedagang Sayur di Pasar:
Amin, amin, Pak, amin.

Presiden RI:
Kapan-kapan nanti tak lihat nanti, saya cek nanti dari Bapak/Ibu sekalian. Nggih, terima kasih, terima kasih.

Nggih, saya rasa itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini. Sekali lagi terima kasih atas kehadiran Bapak/Ibu sekalian.

Saya tutup acara ini.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.



Sesi Kedua

Presiden RI:
Bismillahirrahmanirrahim.

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Selamat siang,
Salam sejahtera bagi kita semuanya.

Yang saya hormati, Bapak Menteri Sekretaris Negara, Prof. Pratikno;
Bapak/Ibu sekalian para pelaku usaha yang hadir di Istana di sore hari ini.

Sebetulnya tadi kita mau terima di lapangan terbuka. Karena apa? Karena ada pandemi itu sekarang memang tidak boleh pertemuan yang agak banyak orang itu di tempat yang tertutup. Jadi memang kita selalu pertemuannya di tempat terbuka.

Pertama, terima kasih atas kehadiran Bapak/Ibu semuanya. Dan kita tahu, keadaan usaha ekonomi di (tahun) 2020 dan juga sampai masuk ke (tahun) 2021 ini adalah amat sulit, tidak mudah, sebuah cobaan yang kita alami ini. Tapi ini juga tidak hanya dialami oleh Indonesia tetapi oleh juga 215 negara di dunia, mengalami keadaan yang sama dan banyak yang lebih parah dari kita. Ada (negara) yang sudah lockdown berkali-kali, kemarin masih ada lockdown lagi. Misalnya di London, Inggris. Lockdown tiga hari yang lalu juga di Bangkok. Status darurat di Tokyo.

Kita, meskipun ada PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) misalnya, Bapak/Ibu masih bisa berusaha, benar, ndak? Tetapi saya tahu, omzetnya pasti dibanding keadaan normal pasti turun banyak, benar? Keuntungan pasti juga turun banyak, benar? Saya sudah bertemu berkali-kali dalam forum seperti ini, tidak hanya sepuluh-dua puluh kali, sudah buanyak sekali dan yang saya dengar keadaannya enggak beda jauh. Di Bogor, di Jakarta, di daerah, di provinsi lain, sama. Dan, keadaan ini bisa kembali normal kalau kita bisa menangani Covid-19 ini dengan dua cara.

Satu, disiplin terhadap protokol kesehatan, ini tolong disampaikan kepada keluarga, tetangga, teman, agar disiplin terhadap protokol kesehatan: pakai masker, cuci tangan sehabis kegiatan, jaga jarak seperti ini, ini, ini, jangan masuk ke tempat-tempat yang kerumunannya padat, itu satu.

Yang kedua, vaksinasi. Ini kan sudah…vaksinnya sudah kita kirim, kita distribusikan ke seluruh provinsi dari Sabang sampai Merauke, sudah sampai meskipun baru awal. Nanti kirim lagi, kirim lagi. Terus, pertanyaannya vaksinasinya kapan? Kalau ada yang bertanya seperti itu, saya jawab minggu depan. Harinya apa? Saya jawab, menunggu yang namanya izin penggunaan darurat dari BPOM, itu tahapan itu harus kita lalui. Kalau izin penggunaan darurat itu belum keluar dari BPOM, ya kita belum bisa vaksinasi. Saya enggak tahu keluarnya kapan, bisa hari ini, bisa Senin, bisa Selasa tapi kita harapkan, izin penggunaan darurat itu segera bisa dikeluarkan oleh BPOM sehingga nanti yang pertama kali disuntik, saya. Ya.

Suntik vaksinasi itu apa sih? Itu kayak kalau ibu-ibu mengantar bayinya untuk imunisasi ya, sama seperti itu. Jadi jangan dibayangkan yang enggak-enggak, sama seperti itu. Jadi kita harapkan nantinya 70 persen penduduk Indonesia itu divaksin untuk mencapai yang namanya kekebalan komunal, yang namanya herd immunity. Sehingga jangan sampai, kita harapkan, tidak ada yang tidak mau divaksin. Semuanya kita harapkan yang 70 persen tadi, semuanya mau divaksinasi.

Yang hadir di sini ada yang tidak mau divaksin? Ada? Ini kan juga sudah lewat juga…nanti MUI mengenai kehalalan vaksin, sudah semuanya. Jadi kita juga berpikirnya semuanya kita. Kalau masih ada yang meragukan, MUI (Majelis Ulama Indonesia) nanti yang mengeluarkan untuk kehalalan. Untuk izin penggunaan darurat, yang mengeluarkan BPOM. Tahapan itu dilalui semuanya.

Total nanti yang disuntik itu 182 juta penduduk kita. Disuntiknya dua kali. Berarti 364 juta (vaksin) kita harus suntik-suntik-suntik-suntik. Sudah, bayangkan selesainya kapan. Kita berharap selesainya tidak lebih dari setahun. Jadi kalau mungkin mundur sedikit, enggak apa-apa tapi saya sudah minta kepada menteri, tidak lebih dari satu tahun agar kita bisa secepatnya kembali normal. Usaha Bapak/Ibu juga normal kembali, omzetnya normal, keuntungannya normal lagi.

Saya harapkan yang hadir di sini, tidak menyerah, tetap bekerja keras, berusaha keras, agar usahanya bisa bertahan. Enggak apa-apa untungnya berkurang 50 persen, enggak apa-apa, untungnya tinggal separuh. Tapi jangan sampai ada yang tutup, usahanya jangan sampai ada yang berhenti sampai nanti masuk ke keadaan normal. Oleh sebab itu, kita membantu Bapak/Ibu, ini, sudah diterima semuanya? Isinya sudah tahu semuanya? Rp2,4 juta. Jangan sampai ada yang kurang dari itu.

Ini dari Kota Bogor, ada? Mana yang (dari) Kota Bogor? Oh, ya, agak banyak. Kabupaten Bogor? Ada juga. Yang lain (dari) mana? Cianjur? Enggak ada? Ibu dari mana? Bogor? Kota? Kota atau Kabupaten?

Pedagang Kios Kopi dan Makanan:
Kabupaten, Pak.

Presiden RI:
Kabupaten Bogor.

Pedagang Kios Kopi dan Makanan:
Iya.

Presiden RI:
Di mana, Bu? Kecamatan?

Pedagang Kios Kopi dan Makanan:
Di Paledang, Gumati, Pak.

Presiden RI:
Oh, iya. Ibu usahanya apa?

Pedagang Kios Kopi dan Makanan:
Jualan kopi sama rokok, donat.

Presiden RI:
Sehari bisa jualan berapa?

Pedagang Kios Kopi dan Makanan:
Ya, kalau lagi….

Presiden RI:
Atau keuntungan berapa?

Pedagang Kios Kopi dan Makanan:
Keuntungannya Pak, lumayan lah, kalau misalnya pernah Rp200 (ribu), donat tuh kadang-kadang Rp70 ribu.

Presiden RI:
Sepertiga, ya.

Pedagang Kios Kopi dan Makanan:
Iya.

Presiden RI:
Turun berarti. Tapi kan masih ada keuntungan, disyukuri, alhamdulillah.

Pedagang Kios Kopi dan Makanan:
Iya, alhamdulillah, Pak.

Presiden RI:
Harus tetap disyukuri.

Pedagang Kios Kopi dan Makanan:
Cuma sekarang kadang-kadang sepi. Kadang-kadang, alhamdulillah, ramai.

Presiden RI:
Ya, keadaannya memang enggak normal. Jadi harus disyukuri. Meskipun biasanya untung Rp200 (ribu) atau Rp300 (ribu), sekarang untung Rp100 (ribu) atau untung Rp70 (ribu), tetap masih ada keuntungan, disyukuri.

Pedagang Kios Kopi dan Makanan:
Iya, disyukuri, Pak.

Presiden RI:
Karena usaha yang gede-gede yang tutup ada, (usaha) yang tengah yang tutup juga ada. Jangan sampai usaha kita ini tutup. Itu saja pesan saya.

Pedagang Kios Kopi dan Makanan:
Lanjut terus kita, Pak.

Presiden RI:
Ya, terima kasih.

Bapak dari mana?

Pedagang Garam Keliling:
Leuwiliang.

Presiden RI:
Kota Bogor?

Pedagang Garam Keliling:
Kota Bogor, iya.

Presiden RI:
Kota Bogor?

Pedagang Garam Keliling:
Iya.

Presiden RI:
Usahanya apa?

Pedagang Garam Keliling:
Sekarang dagang garam, Pak. Dagang garam.

Presiden RI:
Dagang garang?

Pedagang Garam Keliling:
Garam.

Presiden RI:
Oh, garam.

Pedagang Garam Keliling:
Iya sekarang.

Presiden RI:
Apa itu? Di mana?

Pedagang Garam Keliling:
Garam, Pak.

Presiden RI:
Iya, (jualan) garam di mana? Di rumah? Di pasar?

Pedagang Garam Keliling:
Keliling, Pak.

Presiden RI:
Oh, keliling, gitu?

Pedagang Garam Keliling:
Keliling kampung, iya.

Presiden RI:
Oh….

Pedagang Garam Keliling:
Tadinya saya jualan aksesoris ke sekolah, Pak.

Presiden RI:
Terus, sekarang?

Pedagang Garam Keliling:
Berhubung sekarang pandemi Pak ya, sekolahnya kan sekarang….

Presiden RI:
Tutup?

Pedagang Garam Keliling:
Tutup, ya.

Presiden RI:
Ganti (jualan) garam?

Pedagang Garam Keliling:
Iya.

Presiden RI:
Nah, ini benar ini, harus cepat. Berubah keadaan itu…pelaku usaha itu harus cepat. Kalau ada keadaan yang kurang baik, harus cepat pindah. Modalnya berapa kalau jualan garam?

Pedagang Garam Keliling:
Jualan garam modalnya sekitar Rp70 ribu, Pak.

Presiden RI:
Rp70 ribu?

Pedagang Garam Keliling:
Iya.

Presiden RI:
Oh, kebanyakan banget dong, ini (bantuannya) Rp2,4 juta?

Pedagang Garam Keliling:
Mudah-mudahan dengan (bantuan) segini, Pak, saya bisa belanja untuk 100 bal (garam) kayak gini, Pak.

Presiden RI:
Oh, iya alhamdulillah.

Pedagang Garam Keliling:
Mudah-mudahan Pak, ya.

Presiden RI:
Ya, oke, nggih. Jadi kalau segitu tuh, untung berapa?

Pedagang Garam Keliling:
Kalau saya jual satu bal itu untungnya sekitar…kena Rp11 ribu-an Pak, satu balnya.

Presiden RI:
Oh….

Pedagang Garam Keliling:
Rp11 ribu.

Presiden RI:
Sehari bisa berapa bal, sekarang?

Pedagang Garam Keliling:
Kadang-kadang lima bal, Pak.

Presiden RI:
Lima bal?

Pedagang Garam Keliling:
Iya.

Presiden RI:
Oke, oke.

Pedagang Garam Keliling:
Suka bawa 10 (bal), paling sisa gitu, Pak.

Presiden RI:
Oke, oke. Ya, kembali lagi…disyukuri. Ya, masih ada omzet itu harus disyukuri.

Pedagang Garam Keliling:
Ya, alhamdulillah, Pak.

Presiden RI:
Nggih, terima kasih, terima kasih.

Ya, sama. Saya kira kan omzet, keuntungan, itu sama, turun semuanya. Tapi enggak apa-apa. Ya, inilah yang melanda…pandemi yang melanda dunia dan sekali lagi, kita berharap keadaan ini segera normal insyaallah dan ekonomi kita lebih baik lagi.

Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini. Terima kasih atas kehadiran Bapak/Ibu sekalian.

Saya tutup.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.