Pemberian Bantuan Modal Kerja (BMK)

Rabu, 6 Januari 2021
Halaman Tengah Istana Kepresidenan Jakarta

Sesi Pertama

Presiden RI:
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Yang saya hormati, Bapak Kepala Staf Kepresidenan, Pak Moeldoko;
Yang saya hormati, Pak Kasetpres, Bapak Heru;
Bapak/Ibu sekalian yang saya hormati.

Pertama-tama, terima kasih atas kehadiran Bapak/Ibu semuanya di Istana. Saya sangat berbahagia sekali karena Bapak/Ibu bisa hadir.

Yang kedua, kita tahu semuanya, tahun 2020 yang baru saja kita tinggalkan adalah tahun yang sangat berat, tahun yang penuh ujian, baik bagi individu, bagi perusahaan, juga bagi negara, karena pandemi Covid-19. Dan ini tidak hanya melanda Indonesia tetapi melanda 215 negara di dunia. Semuanya terasa sangat berat. Usaha-usaha mikro berat, usaha yang kecil berat, usaha yang tengah berat, usaha yang gede juga merasakan beratnya usaha dan ekonomi kita.

Oleh sebab itu, pada kesempatan yang baik ini, kita memberikan Bantuan Modal Kerja (BMK) yang telah Bapak/Ibu pegang semuanya, sudah? Tadi sudah dilihat isinya berapa? Belum? Sudah diberi tahu isinya? Juga belum? Nggih. Jadi di dalam amplop itu, kita membantu, baik untuk modal kerja, untuk modal usaha, karena saya tahu, omzet Bapak/Ibu pasti turun. Yang dulu jualan bisa Rp1 juta mungkin sekarang jualan hanya bisa misalnya separuhnya atau sepertiganya, turun saya pastikan kalau itu. Karena kan saya sudah bertemu seperti ini tidak hanya sekali-dua kali, sepuluh kali, dua puluh (kali) sudah banyak sekali dan selalu saya tanyakan, omzetnya turun berapa, keuntungan turun berapa.

Saya hanya titip bahwa dalam posisi yang seperti ini, yang paling penting, jangan menyerah. Pertahankan usaha Bapak/Ibu semuanya. Meskipun untungnya kecil, terus pokoknya bertahan. Karena nanti pada suatu saat normal, Bapak sudah…Bapak/Ibu sudah posisinya tetap masih jalan. Yakin insyaallah bahwa keadaan ini akan ada waktunya untuk berakhir tapi memang bukan sekarang. Tadi saya belum berbicara, isinya (amplop bantuan) Rp2,4 juta, isinya Rp2,4 juta. Jadi dihitung betul, jangan sampai ada yang kurang.

Jadi kembali lagi, keadaan ini akan normal kalau pandemi ini bisa kita tangani dengan baik dan salah satunya adalah dengan vaksinasi yang insyaallah nanti, minggu depan ini dimulai, sudah dimulai. Suntik vaksin, nanti yang pertama kali disuntik saya. Saya hanya ingin menunjukkan bahwa vaksinnya aman karena sudah melalui uji klinis tidak hanya sekali-dua kali, sudah diuji tapi ini kita masih menunggu hasil pengujian, nanti akan keluar yang namanya izin darurat penggunaan (emergency use authorization) dari BPOM dan kita harapkan nanti minggu ini atau minggu depan keluar. Setelah itu, mungkin sehari atau dua hari setelah itu langsung saya disuntik yang pertama vaksinnya. Kemudian, dokter dan perawat kemudian seluruh masyarakat.

Saya harapkan setelah nanti mulai divaksinasi ini, keadaan mulai kembali normal. Kalau sudah kira-kira 70 persen penduduk Indonesia ini disuntik vaksin, kita hitung 70 persen itu nanti ketemunya 182 juta (orang) yang harus disuntik. Coba? Bapak/Ibu bisa mbayangin, kita harus menyuntik 182 juta orang, selesainya kapan? Ya, kan? Tapi kita akan kerja keras terus, kita berharap, nanti kurang-lebih, kurang-lebih insyaallah satu tahun itu bisa kita selesaikan.

Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini. Bapak/Ibu ada yang ingin berbicara, cerita mengenai usahanya? Atau ndak? Atau sama saja? Saya kira sama semua, ya. Atau mau ada yang cerita? Ada? Ada? Ya, coba Ibu. Sudah, satu saja kalau gitu. He’eh. Nanti dikenalkan namanya, usahanya apa, dari kelurahan mana.

Pedagang Nasi Uduk:
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Yang terhormat, Bapak Presiden. Ya Allah seumur hidup, saya baru bisa ketemu Bapak Presiden. Saya dari Kelurahan Tengsin, Jakarta Pusat.

Presiden RI:
Kelurahan?

Pedagang Nasi Uduk:
Karet Tengsin.

Presiden RI:
Oh, Karet Tengsin, ya.

Pedagang Nasi Uduk:
Karet Tengsin. Saya sehari-hari ini dagang nasi uduk.

Presiden RI:
Nasi uduk.

Pedagang Nasi Uduk:
Biasanya, hari biasa itu, sebelum pandemi, lima liter sampai tujuh liter habis. Ini sekarang 3 liter saja enggak pernah habis.

Presiden RI:
Ya, separuh, separuh.

Pedagang Nasi Uduk:
Ya, separuh.

Presiden RI:
Tetap masih disyukuri lo, Bu, ya.

Pedagang Nasi Uduk:
Alhamdulillah.

Presiden RI:
Alhamdulillah, tetap disyukuri.

Pedagang Nasi Uduk:
Ya, alhamdulillah sampai sekarang masih berjalan walaupun ya hanya bisa beli beras seliter untuk makan anak-anak.

Presiden RI:
Ya, tetap disyukuri.

Pedagang Nasi Uduk:
Iya, alhamdulillah. Dengan begini, dengan adanya bantuan Bapak, mungkin saya terbantu untuk melunasi motor yang anak saya ngojek. Dua bulan belum bayar, Pak. Jadinya belum bisa ini, belum lunas, gitu. Dua bulan saya belum bisa bayar karena belum ada duit masuk, celengan gitu, Pak. Begitu saja saya, Pak. Mohon banyak terima kasih Pak, atas bantuannya.

Presiden RI:
Ya, sama-sama.

Pedagang Nasi Uduk:
Ya Allah, demi Tuhan, ya Allah, terima kasih banyak, Pak Presiden.

Presiden RI:
Sama-sama.

Pedagang Nasi Uduk:
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Presiden RI:
Wa’alaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh.

Ya kan, sama kan, seperti yang sudah saya tanyakan ke buanyak pedagang-pedagang kita, usaha-usaha kecil, usaha mikro semuanya, turunnya ya kurang-lebih sama seperti yang tadi disampaikan oleh Ibu. Kira-kira seperti itu. Tapi tetap masih ada, keuntungan kecil enggak apa-apa tapi harus ada untuk bertahan terus, terus, terus, nanti suatu saat pandemi habis, normal, ya Ibu akan, akan kembali pada posisi usaha yang normal, tujuh liter lagi nanti dapat, nggih. Ada yang mau menyampaikan, yang lain? Ya, terakhir, silakan. 

Pedagang Keliling Ketoprak:
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Pak Presiden, alhamdulillah, terima kasih atas bantuannya. Saya dari Kelurahan Setu, Kelurahan Setu, Bambu Apus. Ini banyak terima kasih untuk membantu menambah usaha. Dan….

Presiden RI:
Usahanya apa?

Pedagang Keliling Ketoprak:
Usahanya ketoprak, Pak.

Presiden RI:
Oke,

Pedagang Keliling Ketoprak:
Ketoprak keliling.

Presiden RI:
Ketoprak?

Pedagang Keliling Ketoprak:
Iya. Dan ini Pak, keluhan saya minta BPJS, Pak. Belum, belum dapat BPJS. BPJS….

Presiden RI:
Nanti Pak Heru (Kasetpres), sudah.

Pedagang Keliling Ketoprak:
Siap, terima kasih.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Presiden RI:
Sebentar, omzetnya berapa sehari? Sebelum pandemi berapa, sekarang berapa ketopraknya?

Pedagang Keliling Ketoprak:
Sehari biasanya tiga liter.

Presiden RI:
Dulu?

Pedagang Keliling Ketoprak:
Dulu…

Presiden RI:
Ya.

Pedagang Keliling Ketoprak:
Sekarang paling seliter setengah Pak, separuhnya.

Presiden RI:
Ya, berarti sama, ya kurang-lebih separuh, sama kan juga.

Pedagang Keliling Ketoprak:
Terima kasih banyak ya, Pak.

Presiden RI:
Sama-sama, terima kasih, terima kasih.

Bapak/Ibu sekalian, saya rasa itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini. Sekali lagi, tetap kerja keras, jangan menyerah, karena memang ini dialami seluruh dunia. Jangan merasa yang mengalami Ibu sendiri, Bapak sendiri, ndak, semuanya. Saya juga pergi ke daerah-daerah, juga sama. Tetap kita harus bersyukur, tetap harus bekerja keras, setiap cobaan pasti ada hikmahnya. Nggih.

Saya tutup. Terima kasih.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.



Sesi Kedua

Presiden RI:
Bismillahirahmanirrahim.

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Yang saya hormati Bapak Kepala Staf Kepresidenan, Bapak Moeldoko;\
Yang saya hormati Pak Kasetpres, Bapak Heru;
Bapak/Ibu sekalian yang saya hormati.

Pertama-tama saya ingin menyampaikan terima kasih atas kehadiran Bapak.ibu semuanya di Istana. Saya enggak tahu, ini diundangnya kapan ini? Baru kemarin atau sudah dua hari yang lalu? Dua hari yang lalu, oke. Jadi, Bapak/Ibu,  kita tahu semuanya (tahun) 2020 kemarin kita mendapatkan cobaan yang tidak mudah, ujian yang sangat sulit yaitu pandemi Covid-19. Dan saya tahu karena saya mengundang ini enggak sekali-dua kali, sudah sepuluh kali-dua puluh kali, banyak sekali kita undang ke sini.

Usaha kecil, usaha mikro, usaha menengah, usaha besar semuanya sekarang ini masih dalam kondisi yang tidak mudah, kondisi yang sulit. Dan saya tahu Bapak/ibu semuanya juga mengalami hal yang sama, benar? Omzetnya pasti turun, untungnya pasti juga turun. Yang paling penting Bapak/Ibu jangan sampai menyerah. Keuntungan kecil enggak apa-apa, tapi usaha dipertahankan terus. Keuntungan berkurang enggak apa-apa, tapi usaha dipertahankan terus. Karena (pada) suatu titik nanti yang namanya pandemi pasti ada akhirnya dan kita akan kembali normal.

Dan insyaallah nanti mulai minggu depan ini mulai disuntik vaksinnya. Yang pertama disuntik nanti saya, untuk menunjukkan bahwa vaksinnya aman, saya nanti yang pertama, Presiden dulu nanti yang disuntik, sehingga semuanya nanti menjadi yakin bahwa memang vaksinnya ini aman dan juga halal. Di sini ada yang tidak mau divaksin, ada? Enggak ada, berarti mau divaksin semua. Ya sudah, itu yang benar. Karena kalau kita ini tidak divaksin, dan untuk seluruh Indonesia paling tidak minimal 70 persen itu harus divaksin. Setelah kita hitung, ketemunya 182 juta orang harus divaksin, bayangkan. Ya tapi memang virus ini memang harus ditangani dengan cara itu, semua negara juga sama. Ya mau tidak mau kita harus vaksin satu-satu, 182 juta orang. Padahal satu orang (akan) divaksin dua kali, berarti butuh vaksin dikalikan dua. Inilah keadaan yang harus saya sampaikan apa adanya. Pekerjan yang tidak mudah, tapi saya meyakini kita bisa…, insyaallah, bisa melakukan ini.

Nanti kalau sudah vaksin, terus setiap bulan sekian juta-sekian juta-sekian juta, selesai, ya baru ekonominya akan normal kembali. Dan kita berdoa bersama-sama agar semuanya segera bisa normal kembali, ekonomi normal, usaha Bapak/Ibu semuanya kembali normal seperti yang sebelumnya, ya itu kehendak kita semuanya.

Ini ada yang mau bercerita mengenai usahanya, kondisinya seperti apa, tidak mengeluh tapi menyampaikan apa adanya. Enggak boleh yang namanya mengeluh, harus terus bekerja keras, berjuang keras sehingga usaha kita nanti keadaan normal balik lagi pada kondisi yang baik. ada yang mau cerita? Enggak ada? Ya coba. Keliahtannya kok mau ngomong kok enggak… Ya, dibuka (face shield-nya), nggih.

Bapak Usman, Pedagang Roti Bakar Keliling:
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Pak.

Presiden RI:
Wa’alaikumsalaam Warahmatullahi Wabarakatuh.

Bapak Usman, Pedagang Roti Bakar Keliling:
Ya saya sebetulnya pengin mengobrol, ya biasa, pedagang saya kecil Pak. Saya Usman namanya, Pak.

Presiden RI:
Pak Usman usahanya apa?

Bapak Usman, Pedagang Roti Bakar Keliling:
Usahanya pedagang roti bakar keliling, Pak.

Presiden RI:
Roti bakar keliling?

Bapak Usman, Pedagang Roti Bakar Keliling:
Ya.

Presiden RI:
Sebelum pandemi omzet berapa, sekarang berapa?

Bapak Usman, Pedagang Roti Bakar Keliling:
Biasanya kalau sehari itu keliling, dapat lah Rp400 (ribu)-an, Pak. Kalau untuk sekarang Rp150 (ribu) saja empot-empotan, Pak.

Presiden RI:
Harus tetap disyukuri, jangan…empot-empotan enggak apa-apa, tapi tetap disyukuri.

Bapak Usman, Pedagang Roti Bakar Keliling:
Ya, alhamdulillah, Pak.

Presiden RI:
Ya, alhamdulillah. Tetap disyukuri. Karena masih ada. Rp150 (ribu) atau Rp200 (ribu), masih ada itu harus disyukuri, ya.

Bapak Usman, Pedagang Roti Bakar Keliling:
Ya, syukur alhamdulillah saya aslinya dari Cirebon, Pak.

Presiden RI:
Dari Cirebon, ya.

Bapak Usman, Pedagang Roti Bakar Keliling:
Dari daerah Palimanan.

Presiden RI:
Palimanan, ya, nggih saya tahu.

Bapak Usman, Pedagang Roti Bakar Keliling:
Iya, terima kasih Pak. Ya sudah itu saja Pak.

Wassalamu’alaikum, Pak.

Presiden RI:
Wa’alaikumsalaam Warahmatullahi Wabarakatuh.

Tadi saya lupa. Ini tadi kan sudah diberikan amplop, sudah ada yang buka belum? Isinya berapa, belum? Sudah diberi tahu isinya, belum? Ya jadi ini untuk tambahan bantuan modal kerja Bapak/Ibu semuanya sampai nanti keadaan normal. Jadi, isinya Rp2,4 juta untuk Bapak/Ibu semuanya agar ini bisa membantu menambah modal kerja sehingga keadaan normal nanti kita sudah kembali sehat semuanya. Ya.

Masih ada yang ingin bicara? Ibu mau bicara? Ya, silakan. Dari mana, usahanya apa?

Ibu Tiharoh, Pedagang Nasi Uduk:
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Presiden RI:
Wa’alaikumsalaam Warahmatullahi Wabarakatuh.

Ibu Tiharoh, Pedagang Nasi Uduk:
Saya Ibu Tiharoh, dari Lubang Buaya.

Presiden RI:
Ibu Tiharoh, dari Lubang Buaya, ya.

Ibu Tiharoh, Pedagang Nasi Uduk:
Pedagang nasi uduk, Pak.

Presiden RI:
Pedagang nasi uduk, ya.

Ibu Tiharoh, Pedagang Nasi Uduk:
Alhamdulillah, Pak. Walaupun pandemi, saya syukuri. Dapat sedikit, yang penting cukup saja, Pak.

Presiden RI:
Ya. Biasanya dulu berapa, Bu? Sehari berapa?

Ibu Tiharoh, Pedagang Nasi Uduk:
Tadinya sebelum pandemi, dapat lah…memang dagang saya enggak banyak, Pak. Tapi rutin. Dagangan saya cuma 4 liter, 3 liter, cuma saya enggak menyerah.

Presiden RI:
Sebelumnya berapa liter?

Ibu Tiharoh, Pedagang Nasi Uduk:
Sebelumnya dapat Rp300 (ribu), sekarang ya dapat Rp200 (ribu), Rp150 (ribu).

Presiden RI:
Disyukuri, alhamdulillah.

Ibu Tiharoh, Pedagang Nasi Uduk:
Disyukuri, alhamdulillah.

Presiden RI:
Tapi tetap masih anu kan? Baik kan?

Ibu Tiharoh, Pedagang Nasi Uduk:
Masih, alhamdulillah Pak.

Presiden RI:
Baik kan. Ya, baik. Masih seperti itu ya masih baik.

Ibu Tiharoh, Pedagang Nasi Uduk:
Sudah 20 tahun, Pak, dagang saya.

Presiden RI:
Ya. Berarti pembelinya sudah mapan. Karena yang gede-gede itu banyak yang ngguling, yang tengah-tengah yang tutup juga banyak. Jadi kalau masih ada keuntungan seperti itu, ada omzet meskipun berkurang saya kira patut kita syukuri.

Ibu Tiharoh, Pedagang Nasi Uduk:
Terima kasih, Pak.

Presiden RI:
Terima kasih. Terima kasih.

Ibu Tiharoh, Pedagang Nasi Uduk:
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Presiden RI:
Wa’alaikumsalaam Warahmatullahi Wabarakatuh.

Ya saya kira sama, saya sudah ketemu dengan…saya mengundang seperti ini sudah bukan hanya sepuluh-dua puluh kali, sudah. Sudah ratusan kali di sini, di daerah juga keadaannya ya seperti yang Bapak/Ibu dengar, ya sama. Jadi tidak…Bapak/Ibu tidak sendiri, dan tidak hanya Indonesia saja, 215 negara mengalami hal yang sama. Banyak yang lebih parah dari kita. Banyak negara yang di-lockdown, enggak boleh keluar rumah, apalagi jualan, keluar rumah saja enggak boleh.

Inggris baru dua hari yang lalu, dulu sudah lockdown 3 bulan, kemarin London di-lockdown lagi, enggak boleh keluar rumah. Bangkok lockdown juga 2 hari yang lalu. Tokyo juga sama, dinyatakan darurat juga. Kita sekali lagi harus bersyukur, bahwa kita tidak sampai sedrastis itu. Ini yang patut dan harus kita syukuri.

Sekali lagi jangan menyerah. Tetap berusaha keras, tetap bekerja keras agar usaha nanti pada kondisi normal kembali baik lagi. Kita harapkan tahun ini sudah pada kondisi normal, bulannya saya enggak tahu, bisa kuartal pertama, bisa kuartal kedua. Tapi, kita akan berusaha agar kita bisa cepat kembali normal dengan vaksinasi.

Yang yang kedua, juga titip ini kepada tetangga, saudara, teman, semuanya tetap ini meskipun vaksinasi sudah dilakukan, tetap yang namanya 3M (pakai masker,jaga jarak, cuci tangan) tetap harus kita lakukan secara disiplin. Jadi protokol kesehatan itu harus tetap dilakukan secara displin meskipun sudah ada vaksinasi.

Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini. Sekali lagi, terima kasih atas kehadiran Bapak/Ibu sekalian.

Terima kasih.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.