Silaturahmi Dengan Nasabah Program Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera (Mekaar) Binaan Permodalan Nasional Madani (PNM)

Senin, 19 Februari 2024
Lapangan Mal Pelayanan Publik (MPP) Cilenggang, Tangerang Selatan, Banten

Bismillahirrahmanirrahim.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Selamat pagi,
Salam sejahtera bagi kita semua.

Yang saya hormati Sekretaris Kabinet Bapak Pramono Anung;
Yang saya hormati (Pj.) Gubernur Provinsi Banten;
Yang saya hormati Wali Kota dan Wakil Wali Kota Tangerang Selatan;
Yang saya hormati Direktur Utama PNM Mekaar;
Bapak-Ibu sekalian para Nasabah PNM Mekaar, para Account Officer (AO) yang selalu mendampingi para nasabah;
Hadirin dan Undangan yang berbahagia.

Saya senang sekali pagi hari ini bisa melihat Ibu-ibu semuanya yang semangatnya saya lihat semangat sekali, semangat sekali. Ini adalah modal dasar dalam kita berusaha, semangat. Ini penting sekali.

Kemudian yang kedua, setelah semangat kerja, yang kedua kedisiplinan. Ini juga penting. Kalau kita sudah ngomong, “Senin mengangsur,” Senin harus mengangsur. Benar? Kalau kita mengatakan, “Jumat mencicil,” Jumat harus sudah siap untuk mencicil. Ini kedisiplinan.

Kalau semangat kerja, saya lihat—saya enggak ragu-ragu—yang ada di sini semangatnya saya lihat semangat, betul-betul semangat kerja yang baik. Saya ingin sampaikan betapa semangat kerja itu penting.

Saya dulu saat memulai usaha dari nol juga, dari nol. Saya hanya memasarkan barang-barang saya saat itu di Kota Solo. Tahun kedua, kemudian saya sudah bisa “menginjak”, memasarkan barang-barang sampai ke Jakarta. Tahun ketiga, saya sudah bisa ekspor.

Tapi yang saya ceritakan adalah semangat kerjanya. Teman-teman saya kalau bekerja jam 08.00 sampai jam 16.00. Saya lihat yang lain jam 08.00 sampai jam 16.00, saya lihat yang lain jam 08.00 sampai jam 16.00. Saya subuh sampai tengah malam bekerja.

Memang cape, memang cape, tapi hasilnya kelihatan. Semangat kerja itu tercermin kalau omzet selalu terus naik. Keuntungan usaha juga selalu terus naik. Itu semangat kita akan tercermin di situ.

Tapi kalau Ibu-ibu jam 08.00 sampai jam 16.00, kemudian yang lain juga jam 08.00 sampai jam 16.00, ya usahanya ya baik, tapi rata-rata. Benar? Setuju?

(Itu) yang kedua.

Saya ingin, saya tadi melihat yang dijual, diperagakan barang-barang yang ada di sana. Ini tebu, dikemas di dalam botol sangat bagus. Rasanya saya belum merasakan, tapi saya lihat rasanya juga enak. Yang belum apa ini? Harus, mestinya diberi kemasan, branding-nya, mereknya, namanya ya penting. Sebuah produk itu harus diberi nama yang baik.

Saya lihat ini juga bakso, dikemas juga dalam sebuah tempat yang sangat baik, higienis saya lihat, tetapi mereknya tolong diberi (yang baik), branding-nya harus diberi (yang baik), namanya apa harus diberi (yang baik) agar menjualnya mudah.

Saya lihat juga ini juga bagus, tadi Rp16.000, ini Rp15.000, Rp15.000. Kalau kita beli ayam goreng Kentucky, itu Rp25.000. Ini saya tanya ke ibu yang memiliki tadi (harganya) Rp15.000. Isinya juga sangat bagus. Isinya ya ayam sama nasi, tapi cara mengemasnya bagus sekali. Ini tolong juga diberi nama, merek, branding (yang baik) sehingga kemasannya akan semakin bagus. Ini bagus sekali. Kalau kemasannya seperti ini, jualnya akan lebih mudah, ke mana pun akan lebih mudah, dan yang paling penting bisa bersaing dengan merek-merek terkenal lainnya karena packaging-nya, kemasannya bagus.

Nah, ini yang sambal, sambel, sambal pencok geledek, pencok geledek. Ini bagus, dan mereknya saya tanya tadi, “Ini apa mereknya?” “Mereknya Wanstin, Wanstin.” Wah, mereknya kan keren banget, Wanstin, sambal mereknya Wanstin. Saya tanya, “Apa itu Wanstin, Bu?” “Oh, ini Wawan sama Agustin, Pak.” Bagus, ini bagus. Wanstin: Wawan suaminya dan istrinya namanya Agustin, digabung jadi Wanstin. Ini bagus seperti ini.

Jadi, memang sebuah barang kalau diberi branding, diberi merek, diberi nama (yang baik), itu akan lebih gampang menjualnya. Ini baik.

Apa yang ingin saya katakan? Yang ada di Kota Tangerang Selatan ini produknya sangat banyak sekali jenisnya, terutama makanan, dan saya lihat hampir semuanya enak-enak. Oleh sebab itu, ini persaingannya menjadi ketat, dan persaingan yang ketat itu hanya bisa kita menangkan kalau kita memiliki harga yang baik, tidak mahal, tapi juga tidak murah banget. Kalau murah banget, bisa rugi kita. Harganya yang paling penting kompetitif.

Yang kedua kualitas. Ini penting sekali. Dalam kita memproduksi apa pun, tolong yang namanya kualitas itu juga dinomorsatukan, penting sekali karena orang itu akan membandingkan produk satu dengan produk yang lain yang barangnya sama. Kalau harganya sama-sama Rp10.000, orang akan berpikir, “Milih yang mana?” Pasti milih yang kualitasnya lebih baik. Sama-sama harga Rp10.000, yang satu kualitasnya enggak baik, yang satu baik, pasti pilih yang baik. Benar ndak?

Yang ketiga, ini yang juga sering kita lupa, adalah pengiriman yang tepat waktu. Kalau kita sudah janji ke seseorang (yang) beli bakso untuk arisan nanti jam 15.00 sore, harus datang tepat waktu jam 15.00 sore, harus tepat. Jangan sampai kita dipesan jam 15.00 sore, datangnya jam 19.00 malam. Sudah enggak ada gunanya barang ini ya. Betul, Bu, ya?

Harus tepat waktu, on-time delivery. Penting sekali ini. Jangan sampai kita ngirim barang waktunya sudah terlambat.

Yang kedua, saya senang di Banten tadi ada 592.000 nasabah yang peredaran uangnya sudah berapa triliun, Pak Dirut? Rp9,6 triliun, ini uang yang sangat gede sekali.

Saya ingat, PNM Mekaar ini saat awal-awal didirikan 2015-2016, itu nasabahnya baru 400.000 di seluruh Indonesia. Sekarang nasabahnya sudah 15,2 juta nasabah. Jadi, Ibu-ibu semuanya ini sudah punya teman 15 juta 200 ribu nasabah, 15 juta 200 ribu nasabah, sangat banyak sekali.

Yang dulu uang yang beredar hanya Rp800 miliar, Rp800 miliar dulu 2015, sekarang ini sudah Rp244 triliun.

Hati-hati, pertama dulu Rp2 juta. Betul, Pak Dirut ya? Rp2 juta. Naik, naik, naik, naik, ada yang sekarang Rp5 juta, ada yang sudah sampai 10 juta, tetapi yang ingin saya sampaikan, yang paling penting kita ini memberikan “kail”, memberikan “kail”.

Yang kedua, yang paling penting membangun karakter tadi: semangat kerja, disiplin. Kalau Ibu-ibu nanti naik tingkat, masuk ke perbankan, Ibu-ibu mau ngambil misalnya Rp1 miliar, sudah terbiasa disiplin; mau ngambil Rp10 miliar, sudah terbiasa semangat kerja dan disiplin yang baik. Itu akan dilihat, akan dilihat sehingga ini adalah membangun sebuah karakter.

Dan saya senang, yang hadir di sini Ibu-ibu semangatnya tadi semangat yang tinggi dalam berusaha.

Tapi yang di sini sudah ada yang ekspor belum? Belum? Enggak apa-apa, ekspor itu enggak harus gede, banyak. Ekspor kecil-kecil, tapi kualitasnya yang paling penting. Belum ya?

(Acara dilanjutkan dengan dialog)

Saya rasa itu yang ingin saya sampaikan dalam kesempatan yang baik ini.

Sekali lagi, semangat kerja yang setinggi-tingginya, disiplin dalam kita mengangsur, tepat waktu, dan saya berdoa Ibu-ibu dalam usahanya diberikan ridho dan barokah dari Allah SWT, bisa mencicil semuanya, dan (mendapatkan) untung yang sebesar-besarnya.

Saya tutup.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.