Silaturahmi Dengan Nasabah Program Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera (Mekaar) Binaan Permodalan Nasional Madani (PNM)

Sabtu, 3 Februari 2024
Gedung Bale Rame, Kabupaten Bandung, Jawa Barat

Bismillahirrahmanirrahim.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Selamat siang,
Salam sejahtera bagi kita semua.

Yang saya hormati Bapak Menteri Perhubungan yang hadir bersama saya. Tadi baru saja membuka terminal bus yang baru di Kota Bandung. Jadi, saya bersama dengan Pak Menteri Perhubungan;
Yang saya hormati (Pj.) Gubernur Jawa Barat, Bupati Kabupaten Bandung;
Yang saya hormati Pak Dirut PNM Mekaar beserta seluruh jajaran Direksi, Ibu-ibu semuanya seluruh Nasabah PNM Mekaar yang saya banggakan, utamanya yang dari Kabupaten Bandung yang hari ini berkumpul di sini, para Account Officer (AO) yang selalu mendampingi dan mengawal Ibu-ibu semuanya;
Undangan dan Hadirin yang saya hormati.

Saya sangat senang sekali karena PNM Mekaar ini yang kita buka sejak 2015, saat itu nasabahnya 400 ribu di seluruh Indonesia, 2015-2016 400 ribu. Hari ini sudah 15,2 juta nasabah. Artinya apa yang digagas pemerintah diterima, dan memang itu dilihat, dirasakan manfaatnya oleh rakyat. Dari 400 ribu melompat ke 15,2 juta.

Kemudian saya ingat, 2015 itu yang disalurkan baru Rp800 miliar, Rp800 miliar. Itu sudah gede banget,  Rp800 miliar. Sampai sekarang ini, tadi Pak Dirut sudah menyampaikan, sudah tersalur Rp244 triliun. Itu kalau dimiliarkan, berapa Rp244 triliun itu? Rp244 ribu miliar, buanyak sekali.

Dan salah satu, 5.000 nasabah yang hadir di sini yang juga mendapatkan PNM Mekaar itu adalah Ibu-ibu semuanya. Ada yang mungkin awal ya dulu 2015 pinjaman awal Rp2 juta. Meningkat, meningkat, meningkat, tadi ada yang di depan, ada yang sudah Rp8 juta, ada yang Rp10 juta.

Yang saya senang, ada perkembangan yang sangat bagus urusan produksi karena di Kabupaten Bandung ini yang banyak adalah produsen, rumah tangga yang memproduksi, baik produk handicraft, produk makanan, produk pertanian, ada semuanya.

Saya berikan contoh, ini ‘Irina Basreng’. Basreng opo toh, Bu? Bakso goreng. Hati-hati, yang saya senang, yang saya senang packaging-nya, kemasannya sangat bagus sekali ini, sangat bagus sekali. Namanya juga enak ini: ‘Basreng’. Saya, “Apa toh ini?” Ternyata bakso goreng.

Dan yang saya senang lagi, ini sudah diekspor oleh Ibu-ibu semuanya—ini produksinya ibu-ibu tadi yang di depan—sudah ekspor ke Malaysia.

Dan Ibu-ibu semuanya juga bisa meniru ini dengan produksi yang lain, dengan produk yang lain.

Yang kedua, saya juga beli ini tadi harganya berapa tadi ya? Oh, Rp25.000. Berarti ini kalau didolarkan, USD1,5, murah. Artinya apa? Ibu-ibu memproduksinya baik dengan harga yang kompetitif, harganya bisa bersaing. Negara lain apa bisa memproduksi basreng dengan harga seperti ini?! Akan kesulitan. Kalau bisa bersaing, produk ini bisa masuk ke negara-negara lain.

(Produk) yang kedua peyek kacang. Ini yang saya senang, packaging-nya, kemasannya juga sangat bagus, branding/namanya juga bagus: ‘Enam Jagoan’. Enggak tahu, mungkin ini ibu anaknya enam, laki semua, ‘Enam Jagoan’.

Ini sangat bagus sekali, ini sangat bagus sekali, dan juga sudah eskpor. Ini lo. Saya melihat di kabupaten yang lain enggak sebagus ini dan belum ekspor. Ya karena bagus, bisa ekspor.

Ini yang kita cari, hal-hal seperti ini. Kalau sudah ekspor, itu volumenya pasti gede, permintaannya nanti pasti gede.

Saya mengalami. Tahun ’88 saya memulai usaha, jualannya adanya di Solo saja. Tahun kedua, saya bisa jualan sampai ke Jakarta. Tahun ketiga, saya sudah bisa ekspor ke Singapura. Tahun berikutnya saya bisa ekspor ke Eropa.

Uangnya enggak ada—ekspor kan uangnya butuh banyak—enggak ada. Karena barang kita bagus, kita bisa berproduksi, bank mau membiayai.

Tetapi yang namanya lembaga pembiayaan maupun bank itu kalau mau meminjamkan uang, pasti melihat karakter yang mau dipinjami. Benar ndak? Ibu-ibu pinjam ke PNM memakai agunan? Coba (bayangkan, pinjam) Rp10 juta, Rp15 juta, Rp8 juta, Ibu-ibu tidak memakai agunan. Siapa yang berani meminjamkan uang Rp244 triliun dan tanpa agunan?! Hanya PNM.

Dan yang saya senang, kredit macetnya kecil sekali, hanya 0,5 persen, kecil. Artinya apa? Kalau kita balik, artinya apa? Karakter Ibu-ibu itu sangat baik sekali karena tidak ada yang macet, 1 persen saja enggak ada, 0,5 persen.

Perbankan itu biasanya yang macet 2,5 persen sampai 3 persen. Ini 0,5 persen. Artinya, sekali lagi, karakter Ibu-ibu bagus.

Yang kedua, kedisiplinan Ibu-ibu dalam mengangsur juga sangat bagus. Ini yang harus didampingi oleh AO, oleh account officer. Diingatkan, diingatkan, hati-hati.

Kedisiplinan itu penting. Kalau kita sudah janji Jumat bayar, Jumat harus bayar. Kalau kita sudah janji Senin bayar, Senin harus uang disiapkan dan bayar. Itu namanya disiplin. Kalau sudah disiplin seperti itu, nanti naik kelasnya mudah karena dari perbankan melihat, “Oh, ini karakter Ibu bagus,” sehingga mau minta berapa pun diberi.

Tapi saya titip, kalau sudah diberi yang namanya uang, entah dari PNM, entah nanti kalau sudah gede dari perbankan, saya titip, semuanya itu dikalkulasi, semuanya dihitung karena yang namanya membawa uang, pinjam itu enak banget, pas nerima enak banget. Benar? Tapi waktu mulai mencicil, mengangsur, itu yang harus dihitung.

Jangan sampai dari PNM dapat Rp10 juta, pulang, dapat Rp10 juta, pulang, tengok tetangga TV-nya baru, ini mulai tergoda. “Waduh, ini Rp5 juta saya belikan TV yang lebih gede dari tetangga saya.” Ini mulai.

Nanti pada bulan keenam, kita akan merasa sudah enggak bisa mencicil lagi. Itu yang saya titip agar setiap mendapatkan pembiayaan dari PNM, entah Rp5 juta, entah Rp10 juta, gunakan 100 persen semuanya untuk modal usaha, untuk modal kerja. Setuju? Harus 100 persen. (Pinjam) Rp10 juta, ya semuanya digunakan (untuk modal usaha, untuk modal kerja).

Kalau dapat keuntungan Rp2 juta atau Rp1juta, itu yang ditabung. Tabung, tabung, tabung, terkumpul, baru Ibu-ibu mau beli sepeda motor, silakan. Tadi di depan, “Pak, saya sudah bisa beli mobil,” silakan, tapi dari keuntungan, bukan dari pokok pinjaman.

Saya lihat Ibu-ibu ini karakternya sudah baik, kedisiplinannya sudah baik. Jangan tergoda untuk membeli barang-barang konsumsi yang belum tentu manfaatnya baik.

Saya juga senang ini ada produk stroberi dari Kabupaten Bandung, produk pertanian, tapi di-packaging, kemasannya juga sangat baik. Kalau kemasannya sudah seperti ini, masuk ke supermarket mudah, masuk ke hypermarket mudah, masuk ke ekspor juga mudah karena memang kemasannya sangat bagus. Ini lo. Tidak hanya dijual di pasar, tapi dijual di mana pun seperti ini akan mudah.

Harganya juga kalau dijual di supermarket Rp15 ribu, ya masih murah. Artinya bisa bersaing.

(Acara dilanjutkan dengan dialog)

Ibu-ibu yang saya hormati,
Saya rasa itu beberapa titipan yang ingin saya sampaikan kepada Ibu-ibu semuanya.

Sekali lagi, semuanya kita kerja keras, disiplin, dan jangan lupa kejujuran itu juga menjadi suatu hal yang sangat penting, dan kita berdoa bersama-sama agar usaha-usaha yang kita miliki terus berkembang dengan baik, terus menjadi lebih besar, lebih besar, lebih besar, dan semuanya itu akan menyejahterakan keluarga kita dan juga ekonomi negara kita Indonesia.

Saya rasa itu yang ingin saya sampaikan.

Terima kasih.

Saya tutup.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.