Silaturahmi Dengan Peserta dan Pendamping Program Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera (Mekaar) Binaan Permodalan Nasional Madani (PNM)

Rabu, 31 Januari 2024
Grha Bung Karno, Klaten, DI Yogyakarta

Bismillahirrahmanirrahim.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Selamat sore,
Salam sejahtera bagi kita semua.

Yang saya hormati Direktur Utama PT PNM;
Yang saya hormati (Pj.) Gubernur Jawa Tengah, Bupati Kabupaten Klaten;
Bapak-Ibu sekalian para Nasabah PNM yang saya hormati, yang saya banggakan, yang saya cintai, para AO/Account Officer yang selalu mendampingi para nasabah yang saya hormati, yang saya banggakan, yang saya cintai;
Saya lupa, di sini ada Pak Pangdam, Pak Kapolda dan Ibu, Pak Kapolres dan Dandim;
Bapak-Ibu, Hadirin, dan Undangan yang berbahagia.

Saya ingat, di tahun 2015-2016 nasabah PNM itu baru kurang lebih 400 ribu di seluruh tanah air, 400 ribu. Sekarang, saat ini sudah 15,2 juta nasabah. Artinya PNM ini berguna sehingga semuanya ingin menjadi nasabah PNM Mekaar.

Dulu dimulai dari Rp2 juta. Kemarin saya di Yogya, ada yang sudah Rp10 juta, ada yang sudah Rp15 juta pinjamannya.

Nanti, kalau Ibu-ibu semuanya disiplin mengangsur, semangat, kerja keras dalam berusaha, akan meningkat lagi. Kalau sudah di atas itu, Ibu-ibu nanti bisa masuk ke “kakaknya” PNM yang namanya Bank Rakyat Indonesia/BRI. Mau mengambil Rp100 juta, silakan. Mau mengambil Rp500 juta, silakan. Mau mengambil Rp5 miliar, silakan. Mau mengambil Rp100 miliar, juga silakan. BRI siap. Tapi saya perlu mengingatkan bahwa yang namanya pinjaman itu harus mengembalikan secara disiplin. Yang penting itu.

Enggak apa-apa. Kalau memang pasarnya ada, bisa menjual, bisa berproduksi, ya kenapa tidak? Saya juga pernah mengalami.

Tahun-tahun 1988, dari nol. Kemudian menjualnya di Solo. Tahun kedua, menjual bisa ke Jakarta. Tahun ketiga, saya sudah bisa ekspor.

Karena apa? Kerja keras. Kalau teman-teman saya kerjanya jam 08.00 sampai jam 16.00, saya enggak, dari subuh sampai nanti tengah malam. Pasti beda hasilnya yang kerja jam 08.00 sampai jam 16.00 sama yang subuh sampai tengah malam, pasti hasilnya beda. Percaya saya.

Dan yang saya lihat di depan tadi barang-barang yang kita jual itu—saya senang—harganya sangat kompetitif, harganya sangat bersaing. Contoh ini. Saya tadi beli di luar. Ini harganya Rp10.000. (Kalau) saya disuruh menjahit ini, diongkosi Rp10.000, enggak (akan) mampu saya.

Rp10.000, coba (bayangkan). Negara mana yang bisa bersaing dengan kita kalau harga barang seperti ini (hanya) Rp10.000?! Ini harga jual lo. Artinya harga di produsen pasti lebih murah. Benar enggak?

Saya beli yang satunya lagi ini. Ini saya belikan untuk Bu Jokowi. Rp25.000 ini, Rp25.000.

Coba (bayangkan). Negara mana yang bisa menyaingi kita kalau harga produknya sangat bersaing seperti ini?! Barang yang lain juga harusnya seperti itu. Harganya kompetitif, harganya bisa bersaing, kualitasnya baik, kemasannya baik, packaging-nya baik, juga diberi nama yang baik. Branding-nya bagus, namanya harus baik.

Saya optimis nasabah PNM Mekaar yang sekarang sudah 15,2 juta ini paling tidak separuh saja bisa naik kelas, dari pengusaha mikro menjadi pengusaha kecil, dari pengusaha kecil menjadi pengusaha menengah, pengusaha menengah menjadi pengusaha besar. Itu sudah sangat membantu perekonomian keluarga kita. Benar? Juga bisa membantu perekonomian nasional kita.

Tapi sekali lagi, yang namanya pinjaman itu harus disiplin mengembalikan. Begitu kita bilang, “Senin,” Senin harus siap. Begitu kita bilang, “Jumat,” ya Jumat harus siap. Itu namanya disiplin.

Jangan sampai meleset. Ada yang pernah meleset? Yang pernah meleset, maju ke depan. (Presiden bergurau)

Begini, kalau kita terbiasa disiplin, karakter kita itu juga akan terbiasa disiplin. Ibu-ibu mengambil Rp10 juta sama ngambil Rp1 miliar, kalau karakter kita sudah disiplin, sama saja sebetulnya. Beratnya sama saja, entengnya juga sama saja, sama saja.

Saya mengalami. Saya bisa ngomong ini karena saya mengalami. Sama saja, ternyata sama saja.

Sekali lagi, saya sangat menghargai para AO yang telah mendampingi Ibu-ibu semuanya, untuk selalu mengingatkan, untuk selalu memberi tahu sehingga jangan sampai, misalnya ini, dapat Rp10 juta, tetangganya beli TV baru, “TV-nya gede. TV saya kok kecil?” Nah, ini mulai, mulai tidak benarnya dimulai dari sini, senang beli barang-barang konsumtif yang sebetulnya kita sudah punya dan cukup, tetapi pengen yang lebih gede. “Sudahlah, yang separuh, Rp5 juta, untuk beli TV.” Ini dimulai masalah di situ.

Begitu menginjak ke tiga bulan-enam bulan, sudah (tidak mampu mengangsur) karena Rp10 juta tidak dipakai semuanya untuk modal kerja. Harusnya, kalau kita ngambil Rp10 juta, 100 persen harus dipakai untuk modal kerja usaha, dipakai modal usaha yang kita miliki, jangan dikurangi serupiah pun. Semuanya (harus dipakai untuk modal kerja/usaha). Saya titip ini.

Kalau sudah untung, untung Rp2 juta per bulan, tabung. Untung Rp 1 juta, tabung. Untung Rp2 juta, tabung. Silakan Ibu-ibu mau beli TV dari tabungan keuntungan. mau beli sepeda motor dari tabungan keuntungan, mau beli mobil dari tabungan keuntungan, tidak apa-apa, tapi bukan dari pokok pinjaman kita. Setuju enggak?

Dan para AO juga selalu mengingatkan karena mendampingi terus, mendengar, “Wah, ini Ibu kok beli sepeda motor baru?” Diingatkan, diingatkan, “Bu, jangan dulu. Belinya nanti kalau usahanya sudah membesar. Enggak usah beli sepeda motor. Nanti langsung beli mobil, enggak apa-apa, tapi dari keuntungan, bukan dari pokok pinjaman.” Ini perlu saya ingatkan.

(Acara dilanjutkan dengan dialog)

Saya rasa itu yang ingin saya sampaikan dalam kesempatan yang baik ini.

Sekali lagi, saya sangat menghargai kedisiplinan Ibu-ibu nasabah PNM Mekaar, kerja keras dan semangat untuk meningkatkan kesejahteraan kita semuanya, dan juga bisa memengaruhi PDB, ekonomi karena perputaran-perputaran yang ada di PNM Mekaar sekarang ini.

Dulu hanya Rp800 miliar tahun 2015-2016. Saat ini sudah mencapai Rp237 triliun, sangat besar sekali.

Dan yang saya senang, ini akan mengedukasi, akan mendidik kita dengan karakter disiplin dan semangat kerja keras, tahan banting, tangguh.

Saya lihat tadi semangat dari Ibu-ibu, dan AO juga sama. Kelihatan, di wajah itu kelihatan. Yang semangat (dibandingkan dengan) yang tidak semangat, itu kelihatan.

Meskipun kemarin kan kena Covid ya, ada yang juga “pingsan”, usahanya maksud saya, tapi bangkit lagi karena memang hidup itu pasti ada persoalan, pasti ada masalah. Itulah yang harus kita pecahkan dengan semangat, disiplin, dan kerja keras.

Saya rasa itu yang ingin saya sampaikan dalam kesempatan yang baik ini.

Terima kasih.

Saya tutup.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.